Belajar menulis dengan
Tekhnik pengambilan keputusan Calon Guru Penggerak
Pada awalnya saya merasa tak pernah
mampu untuk menulis, karena begitu banyaknya kesibukan yang saya lalui. Selain
sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang putra. Saya juga menjadi
seorang pendidik di dua instansi yaitu di sekolah Negeri dan di Sekolah Swasta.
Mengemban amanah menjadi seorang
ibu bukan hal yang mudah. Karena setiap
pagi harus selalu bangun pagi-pagi menyiapkan sarapan pagi, seragam
sekolah suami dan anak, belum lagi ngurus si kecil untuk dititipkan ke
kakeknya. Sebelum berangkat sekolah saya harus bersih-bersih rumah dulu sebelum
berangkat supaya ketika pulang nanti pekerjaan rumah tak menumpuk menunggu
kepulanganku.
Keseharian ku selalu sibuk seperti itu, belum lagi di tambah dengan
kegiatan ku yang setiap hari mengerjakan tugas modul Guru Penggerak di LMS
melalui belajar online, sudah lima bulan berjalan aku terasa sangat sibuk
dengan tugasku, hari-hariku selalu penuh dengan tugas-tugas. Selain tugas
sekolah juga tugas rumah. Inilah yang membuat ku selalu merasa sibuk sehingga
tak pernah merasa ada waktu untuk bisa menulis.
Kebetulan pada modul guru penggerak
yang kami pelajari minggu ini tentang pengambilan keputusan. Jadi dari
penerapan materi tentang pengambilan keputusan inilah saya tergerak untuk
mencoba memulai belajar mengampil
keputusan saya untuk mengawali diri saya mencoba membuat tulisan singkat
tentang kisah perjalan pejuang guru
honorer menjadi calon guru penggerak.
Etika terkait dengan karsa karena
manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang
saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran
moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani,
Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).Guru penggerak.
Dari kutipan di
atas saya bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak
terpisahkan dari prilaku manusia. Karsa inipun berhubungan dengan nilai –nilai
atau perinsip – perinsip yang dianut oleh seseorang. Disadari ataupun tidak,
nilai – nilai atau prinsip – perinsip inilah yang mendasri pemikiran seseorang
dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Inilah yang
bisa saya lakukan pada saat ini. Mencoba mengambil keputusan belajar menulis
disela-sela luang waktu yang saya miliki.
Saya mencoba
untuk mengambil keputusan sesuai dengan alur pengambilan keputusan yang sudah
saya pelajari melalui modul guru penggerak supaya apa yang saya lakukan
menyenangkan. Dan keputusan apa yang saya lakukan ini sesuai dengan konsep pembelajaran
merdeka dalam melakukan segala hal. Termasuk ketika mencoba untuk menulis saat
ini.
Konsep
pengambilan dan pengujian keputusan untuk memandu saya dalam mengambil
keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika
ataupun bujukan moral yang membingungkan.
Ada Sembilan langkah
yang dapat Saya lakukan yaitu :
1. Mengenali nilai – nilai yang saling
bertentangan, mengapa langkah ini penting untuk Saya lakukan ?
Pertama, penting
bagi Saya untuk mengidentifikasi masalah yang sedang Saya hadapi, alih – alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih seksama. Kedua,
penting bagi saya untuk memastikan bahwa masalah yang saya hadapi memang betul
–betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial.
Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau
Saya tidak terlalu berlebihan, saya bisa terjebak dalam situasi seolah – olah Saya
terlalu mendewakan aspek moral, sehingga Saya terlalu mendewakan aspek – aspek moral,
sehingga saya akan mempermasalahkan kesalahan – kesalahan kecil. Sebaliknya jika
Saya terlalu permisif, maka Saya bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali
aspek –aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang Saya hadapi.
2. menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini.
Bila saya telah mengenali bahwa ada masalah moral
disituasi yang sedang saya hadapi , pertanyaannya adalah dilemma siapakah ini
?Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema Saya, maka Saya tidak
menjadi peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, Saya
seharusnya merasa terpanggil.
3. Kumpulkan
fakta – fakta yang relevan dengan situasi ini.
Proses pengambilan keputusan yang baik
membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi
tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata
apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data – data tersebut penting karena
dilemma etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor – faktor pendorong dan
penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan
menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan
keperibadian seseorang dalam situasi tersebut. Saya juga harus bisa
menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi diwaktu yang
akan datang.
4. Pengujian benar atau
salah
1. Uji Legal , Pertanyaan penting di uji
ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila
jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar
(dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang
harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak,
dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.
2. Uji Regulasi/Standar Profesional Bila
situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran
hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode
etik di dalamnya.
Konflik yang terjadi pada
seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real
estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah
dihubungi oleh koleganya? saya
tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi saya , tapi saya akan kehilangan respek sehubungan dengan
profesi saya.
3. Uji Intuisi, Langkah ini mengandalkan
tingkatan perasaan dan intuisi saya
dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini
mengandung hal-hal yang akan membuat saya merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah
tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang saya yakini. Walaupun mungkin saya tidak bisa dengan jelas dan
langsung menunjuk permasalahannya ada di mana.
Langkah ini, untuk banyak
orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang
melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.
4. Uji Publikasi, Apa yang saya akan rasakan bila keputusan ini
dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media
sosial. Sesuatu yang saya anggap
merupakan ranah pribadi saya
tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba kita bayangkan bila hal itu terjadi. Bila kita merasa tidak nyaman kemungkinan
besar kita sedang menghadapi benar situasi benar lawan
salah atau bujukan moral.
5. Uji Panutan/Idola Dalam langkah ini, saya akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh
seseorang yang merupakan panutan saya, misalnya ibu saya. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu saya, namun keputusan apa
yang kira-kira akan orang tua
saya ambil, karena orang
tua saya adalah orang yang sangat berarti bagi saya.
Yang perlu dicatat dari
kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan
keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan
(Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang
prinsip-prinsip yang mendalam. Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan
berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil
akhir. Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa
peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang
meminta kita meletakkan
kita pada posisi orang
lain.
Bila situasi dilema etika
yang saya hadapi gagal
di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka
sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau
merugikan diri saya karena
situasi yang saya
hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.
5. Pengujian Paradigma
Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma
berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang saya hadapi ini?
- Individu lawan masyarakat (individual vs
community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs
mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short
term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini,
bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi
yang kita hadapi betul -betul mempertentangkan
antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
6. Melakukan Prinsip Resolusi Dari
3 prinsip penyelesaian
dilema yaitu :
-Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
-Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli
(Care-Based Thinking)
7. Investigasi Opsi Trilema Dalam mengambil
keputusan
Seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita
pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada.
Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam
situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak
terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan
menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.
8. Buat Keputusan
Akhirnya
Kita akan sampai pada titik di mana kita
harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk
melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan
dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil.
Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan
ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya. Perlu
kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan
sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga
merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita
berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan
keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang
bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan
universal.
Inilah acuan yang saya gunakan dalam
pengambilan keputusan tentang kiat menulis yang saya lakukan untuk meningkatkan
minat menulis saya kedepannya supaya saya tidak terhalang menulis dengan
kegiatan-kegiatan lainnya.
Nah kebetulan pada saat itu, saya ikut
bergabung digrup watsap belajar menulis angkatan ke 19. Pada grup ini di
ajarkan bagaimana cara menulis mulai dari awal menulis samapi akhir penerbitan.
Banyak materi yang diajarkan dari guru-guru hebat yang professional
dibidangnya. Melihat banyaknya postingan teman-teman yang bergabung membuat
resume saya semakin tergerak untuk bisa membaca postingan teman di grup watsap
yang membuat resume hasil pemberian materi dari para mentor – mentor hebat.
Dari beberapa resume dan berbagi
pengalaman menulis yang saya baca akhirnya saya merasa semakin termotivasi
untuk mencoba menulis walau hanya beberapa kata yang dirangkaikan menjadi
beberapa kalimat dan jadilah sebuah paragraf. Dari pargraf-paragraf inilah saya
mulai membuat sebuah wacana yang akhirnya menjadi sebuah cerita.
Tanpa ku sadari ternyata dengan jadinya
rangkain cerita aku sudah mampu menulis walupun tulisannya masih terbilang
berbentuk coret-coretan tangan yang kelihatan kusut kalau dipandang. Sedikit
demi sedikit tulisan kusut itu ku perbaiki melalui tulisan ketikan di leptop
kecilku. Barulah aku sadar ternyata menulis itu tak sesulit yang aku pikirkan.
“Jika ada kemauan pasti ada jalan
untuk bisa menulis”, itu kataku di dalam benakku. Hari demi hari kulalui,
kesibuk mengerjakan tugas di modul guru penggerak membuat terpatri dalam diriku. Karena selain
itu juga kesibukan mengajar di dua tempat membuatku kwalahan, selain itu
mungkin karena anak ku yang masih kecil dan keseringan rewel ketika melihatku
berada didepan leptopku membuat jiwa ini selalu merasa sibuk dengan banyaknya
kegiatan yang kulalui.
Namun melalui Sembilan langkah
pengambilan keputusan yang saya gunakan saya menjadi merasa nyaman ketika
mengerjakan tugas-tugas saya termasuk menulis dengan alakadarnya.
Sekian, semoga tulisan ini
bermanfaat buat kita semua setelah menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan
yang saya lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar